Pengalaman Operasi Tahi Lalat di RSUP Dr. Sardjito
18.00
Saya termasuk orang yang mempunyai tahi lalat di wajah dengan jumlah cukup banyak. Namun seiring bertambahnya usia, tahi lalat yang 'berkembang' ada tiga buah dengan satu tahi lalat berukuran besar. Seingat saya, ketiga tahi lalat tersebut sudah muncul sejak lahir tapi satu tahi lalat ukurannya menjadi sangat besar saat saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar.
Mungkin, sebagian orang menganggap keberadaan tahi lalat sebagai pemanis wajah, tapi ada juga yang beranggapan tahi lalat itu menganggu penampilan sehingga ingin dihilangkan, termasuk saya. Meski sudah menyadari kalau tahi lalat yang saya miliki ini cukup menganggu tapi butuh waktu yang sangat lama hingga akhirnya saya berani memutuskan untuk menghilangkannya. Jadi kalau dibilang keputusan ini hanya didasari pada keputusan emosional, nggak sepenuhnya benar!
Munculnya tahi lalat pada wajah atau area tubuh lainnya katanya sih bisa mengindikasikan kanker. Apalagi kalau bentuk dan ukurannya mengalami perubahan. Ini yang jadi salah satu alasan kuat saya untuk semakin yakin menghilangkan tahi lalat. Tapi saya juga nggak memungkiri kalau alasan lainnya adalah adanya tahi lalat menganggu aktivitas saya, terlebih karena letaknya di sekitar mata dan saya menggunakan kacamata.
Singkat cerita, akhirnya saya baru berani memutuskan untuk menghilangkan tahi lalat saat masih kuliah. Saat itu bisa dibilang saya 'ngotot' banget buat melakukan ini karena ada satu tahi lalat yang ukurannya makin lama makin membesar di sekitar alis dan mata sebelah kiri. Jujur, itu sangat menganggu. Nggak cuma secara estetika tapi jadi risi sekaligus takut setiap kali kesenggol kacamata. Takut kalau sampai lecet atau terluka. Berbekal alasan tersebut, saya meyakinkan Mama saya untuk mendanai biaya operasi tahi lalat. Hehe maklum, saat itu masih kuliah belum punya uang sendiri...
Ya, saat itu saya langsung memilih untuk melakukan prosedur operasi tahi lalat, bukan laser. Tapi untuk sampai pada prosedur tersebut, saya cukup kesulitan karena saat itu dokter kulit dan klinik kecantikan belum menjamur seperti sekarang. Kalau sekarang kan banyak tuh klinik kecantikan yang menawarkan treatment laser tahi lalat bahkan pernah saya mendengar ada dokter kulit yang bisa melakukan operasi tahi lalat di rumah atau kliniknya sendiri bukan di rumah sakit. Tapi entah kenapa saya dulu takut kalau mau menghilangkan tahi lalat di klinik kecantikan, takut kalau malah berisiko atau ujungnya malah membahayakan. Ya meski banyak juga dokter kulit yang bakalan menanganinya tapi saya tetap merasa takut.
Akhirnya, saya memutuskan untuk operasi tahi lalat di rumah sakit saja. Tapi saat itu saya nggak langsung memilih rumah sakit yang ada di Jogja tapi mencari rekomendasi dokter spesialis kulit dan kelamin yang biasa menangani operasi tahi lalat. Muncul deh nama Prof. Dr. dr. Yohanes Widodo Wirohadidjojo, Sp.KK(K). Hasil googling menyebutkan kalau dr. Widodo ini dokter kulit nge-hit di Jogja dan sering jadi incaran banyak pasien yang mengalami masalah kulit seperti jerawat. Seingat saya, saat itu belum banyak orang yang sharing pengalamannya melakukan operasi tahi lalat dengan dr. Widodo tapi melihat review dari banyak pasien yang cocok dengan tindakannya, saya jadi penasaran ingin mencoba konsultasi dengan beliau.
Tak disangka, ternyata sangat susah untuk bisa bertemu dengan dr. Widodo. Selain praktik di rumah sakit, dr. Widodo juga bisa ditemui di apotek, Apotek Panji Farma namanya. Saya awalnya memilih untuk konsultasi di apotek tersebut karena males kalau harus ke rumah sakit, antre dari bagian pendaftaran sebelum akhirnya harus antre lagi di poliklinik. Tapi mau konsultasi di apotek saja antreannya luar biasa, harus dari jam 6 pagi dan jumlah pasien beliau sangat dibatasi, kalau nggak salah dulu cuma menerima 20-30 pasien. Mengingat dulu masih sering ada jadwal kuliah pagi, makin nggak mungkin deh buat sepagi itu udah antre di apotek demi bisa ketemu sama beliau.
Menyerah, saya akhirnya mengetahui kalau selain di apotek tersebut, dokter Widodo bisa ditemui di RSUP Dr. Sardjito. Meski awalnya malas antre tapi mengingat lokasi rumah sakit hanya seberang kampus, luluh juga deh. Nggak papa deh antre tapi jelas antrean di rumah sakit ketimbang harus antre di apotek yang benar-benar mengandalkan faktor keberuntungan. Kalau di rumah sakit setidaknya pasti dilayani, tidak dibatasi. Pikir saya saat itu.
Akhirnya, ketemu juga deh dengan Prof. Dr. dr. Yohanes Widodo Wirohadidjojo, Sp.KK(K). Saya tadinya berpikir kalau dokter Widodo masih muda ternyata sudah sepuh. Tapi meski secara fisik sudah tua tapi penampilan cukup energik dan gaya bicaranya menyenangkan. Nggak butuh waktu lama, saya langsung merasa 'klik' dengan dokter Widodo. Lantas bagaimana tanggapan dan hasil konsultasi dengan beliau mengenai tahi lalat di wajah saya?
dokter Widodo mengatakan tidak masalah jika saya ingin melakukan prosedur operasi tahi lalat. Beliau juga mendukung alasan saya ingin menghilangkan tahi lalat karena memang ukuran dan letaknya yang menganggu. Seingat saya waktu itu beliau juga mengungkapkan kalau tahi lalat yang saya miliki tidak membahayakan bagi kesehatan. Tapi jika terlalu sering terkena sentuhan bahkan gesekan bisa berisiko. Tanpa pikir panjang, saya langsung meminta beliau untuk melakukan operasi tahi lalat.
Operasi tahi lalat akhirnya dilakukan. Saya lupa tepatnya kapan, karena operasi ini sebenarnya sudah dilakukan sekitar lima tahun lalu, sekitar tahun 2014. Saat itu dokter Widodo melakukan tindakan operasi di tahi lalat saya yang ukurannya paling besar. Letaknya ada di sekitar alis dan mata kiri. Tadinya saya mau menunjukkan seperti apa bentuk tahi lalat itu tapi sewaktu itu saya belum menggunakan hijab dan semua foto-foto saya di tahun 2014 ada di komputer dan laptop yang saat ini sudah rusak. Nanti ya kalau saya dapat foto-foto lama tersebut, akan saya unggah di sini. Tapi saya cari yang menggunakan hijab ya :)
Lima tahun berselang, awal bulan Oktober ini saya melakukan operasi tahi lalat, lagi. Ya, ini jadi operasi kedua yang saya pilih untuk menghilangkan tahi lalat di wajah. Kalau ditanya kenapa dulu nggak sekalian? Saat itu dokter Widodo nggak mengizinkan saya untuk menghilangkan operasi tahi lalat di wajah sekaligus. Beliau nggak pengen melihat wajah saya penuh akan bekas luka jahitan. Apalagi operasi pertama dulu dilakukan beberapa bulan sebelum saya melakukan tes CPNS. Beliau khawatir kalau bekas luka jahitan akan menganggu proses seleksi. Baik banget ya, sampai perhatian segitunya sama pasien. Nggak salah sih kalau banyak orang yang bilang dokter Widodo ini 'ngemong' pasien banget!
Alasan lain, beliau ingin saya melihat sendiri hasil setelah operasi di wajah saya seperti apa bentuknya. Jika memang tidak menimbulkan dampak lain dan saya merasa puas dengan hasil jahitan beliau, kelak saya bisa operasi tahi lalat lagi dengan beliau. Inilah yang membuat saya akhirnya kembali memilih dokter Widodo untuk menghilangkan tahi lalat kedua di wajah. Kali ini, ukuran tahi lalat, bentuk serta letaknya berbeda dengan tahi lalat sebelumnya. Bisa dilihat dari foto tahi lalat di wajah saya berikut ini:
Saat saya melakukan operasi tahi lalat pertama, sebenarnya tahi lalat kedua yang terletak di hidung ini ukurannya masih sangat kecil. Tapi lima tahun belakangan semakin berkembang meskipun ukurannya tak sebesar tahi lalat pertama yang terbilang paling besar tumbuh di wajah. Meski demikian, letak tahi lalat kedua ini sangat menganggu karena berada tepat di bagian nosepad dari kacamata yang saya gunakan. Semakin lama semakin menganggu dan bahkan pernah saya merasakan perih saat tahi lalat kesenggol nosepad dari kacamata.
Beda dari pengalaman sebelumnya, saya nggak butuh waktu lama untuk mencari dokter spesialis kulit dan kelamin terpercaya. Saya langsung menemui dokter Widodo di RSUP Dr. Sardjito untuk konsultasi. Bedanya hanya sekarang beliau hanya menerima konsultasi pasien pada hari Senin saja, sementara untuk hari Selasa-Jumat hanya untuk tindakan. Saat itu saya datang bukan di hari Senin, terpaksa harus antre dan kembali lagi di hari Senin. Untung sekarang pasien yang ingin ke RSUP Dr. Sardjito bisa mendaftar secara online atau melalui WhatsApp. Jadi sangat memudahkan bagi karyawan swasta seperti saya yang jam kerjanya bisa pagi hingga malam hari.
Saat konsultasi dengan dokter Widodo, saya benar-benar nanya banyak hal, apa aja? Berikut aku coba rangkum jadi beberapa poin yah...
Menurut dokter, ada beberapa prosedur operasi tahi lalat yang biasanya dilakukan, yaitu bedah pencukuran (shave removal), pembedahan eksisi dan laser. Dari ketiga prosedur tersebut, laser merupakan salah satu cara menghilangkan tahi lalat yang paling sering dilakukan. Tapi dokter Widodo nggak menyarankan tahi lalat saya dilaser. Alasannya karena tahi lalat di wajah saya ukurannya cukup besar sehingga prosedur yang lebih aman dilakukan adalah pembedahan eksisi. Cara ini dilakukan dengan mengangkat bagian tahi lalat hingga ke akar-akarnya. Setelah dibedah, bagian kulit bekas ditumbuhi tahi lalat akan dijahit.
2. Lakukan pemeriksaan darah lengkap untuk mengetahui masa perdarahan demi mencegah atau mengendalikan perdarahan selama operasi. Alasan lainnya supaya dokter mengetahui pasien menderita HIV atau tidak. Ini berhubungan dengan keamanan dan kesterilan alat operasi yang digunakan.
3. Saran saya jangan malu dan ragu untuk konsultasi dengan dokter mengenai kondisi tahi lalat hingga risiko yang bisa ditimbulkan pasca operasi. Alergi terhadap obat bius, infeksi, kerusakan sistem saraf jadi contoh risiko yang bisa terjadi.
4. Pascaoperasi, lebih baik bawa tahi lalat yang sudah dioperasi ke bagian patologi anatomi untuk mengidentifikasi apakah terdapat sel kanker pada tahi lalat.
5. Jangan biarkan luka bekas operasi terbuka jika belum saatnya lepas jahitan! Sebisa mungkin juga jangan terkena air biar luka cepat mengering. Mengonsumsi makanan yang tinggi protein, vitamin, dan mineral juga bisa bikin luka operasi cepat kering.
6. Siapkan fisik dan mental! Meski operasi tahi lalat tidak termasuk operasi yang berat bukan berarti tindakan ini nggak memiliki risiko. Risiko untuk bikin deg-degan saat mendengar dokter menggunting benang jahitan, misalnya...
7. Menyiapkan biaya operasi tahi lalat. Jangan ragu untuk bertanya kepada para perawat di poliklinik kulit dan kelamin mengenai biaya operasi sebelum prosedur tersebut dilakukan. Mengingat bentuk, ukuran, dan lokasi tahi lalat pada tubuh mempengaruhi biaya operasi yang harus dikeluarkan.
Oke, untuk biaya operasi tahi lalat pertama, saya sudah lupa ya rincian biayanya tapi seingat saya nggak sampai Rp 2 juta, itu udah termasuk biaya kontrol dokter, biaya tindakan bedah dan juga obat. Sementara untuk biaya operasi tahi lalat kedua, berikut rinciannya:
Jadi, untuk total biaya operasi tahi lalat di RSUP Dr. Sardjito sekitar Rp 2,7 juta. Jumlah ini saya bulatkan dari biaya aslinya ya, biar gampang ngitungnya. Tapi intinya saya mau menunjukkan kalau biaya operasi tahi lalat lima tahun lalu nggak jauh berbeda dari sekarang. Bedanya, lima tahun lalu saya nggak mengecek tahi lalat saya ke bagian patologi anatomi rumah sakit. Jadi jelas lebih murah dibanding biaya operasi tahi lalat tahun ini.
Saat konsultasi dengan dokter Widodo, saya benar-benar nanya banyak hal, apa aja? Berikut aku coba rangkum jadi beberapa poin yah...
Tanda Tahi Lalat Harus Dioperasi
Tahi lalat terbentuk dari pigmen kulit (melanosit). Munculnya tahi lalat di kulit sebenarnya bukan kondisi yang serius karena tahi lalat nggak bersifat kanker. Tapi ada tanda-tanda yang perlu diwaspadai dan akhirnya mengharuskan tahi lalat dioperasi. Apa aja tanda-tandanya?- Ukurannya lebih dari 5 milimeter
- Bentuknya nggak beraturan (padahal umumnya bulat atau oval)
- Warnanya berubah, bukan berwarna cokelat atau kehitaman
- Tahi lalat terasa gatal bahkan bisa berdarah
Melihat tanda-tanda di atas, sebenarnya tahi lalat di wajah saya bentuknya biasa saja, bulat. Sementara warnanya juga seperti warna tahi lalat pada umumnya, cokelat atau kehitaman. Sejak tahi lalat muncul di wajah, saya juga nggak merasakan gatal apalagi sampai berdarah. Tapi memang ukurannya sangat besar, lebih dari 5 milimeter. Lantas tanda apa yang terlihat di tahi lalat saya sehingga akhirnya saya memutuskan dan dokter menyetujui untuk dioperasi? Apa cuma karena cuma ukurannya saja?
"Tahi lalat atau andeng-andeng itu ibarat macan tidur. Kalau terlalu sering dibangunkan (tersentuh), bisa bangun dan berbahaya," jawab dokter Widodo.
Kalau menurut saya, berdasarkan jawaban dari dokter Widodo sih tahi lalat yang ada di wajah saya memang tidak berbahaya dan tidak dicurigai sebagai kanker. Tapi karena sering tersentuh bisa membahayakan jika memang tidak dioperasi. Untuk memastikan apakah tahi lalat saya merupakan kanker atau bukan, dokter juga menyarankan untuk melakukan pemeriksaan patologi anatomi. Hasilnya (secara makroskopik dan mikroskopik), tahi lalat yang ada di wajah saya tidak didapatkan tanda ganas alias bukan merupakan kanker. Alhamdulillah...
Prosedur Operasi Tahi Lalat sesuai Medis
Sebelum dilakukan prosedur operasi, dokter Widodo melihat terlebih dahulu kondisi tahi lalat saya menggunakan alat semacam kaca pembesar. Tanpa perlu penjelasan panjang kali lebar, beliau langung mengiyakan kalau tahi lalat di wajah saya memang harus dioperasi.Menurut dokter, ada beberapa prosedur operasi tahi lalat yang biasanya dilakukan, yaitu bedah pencukuran (shave removal), pembedahan eksisi dan laser. Dari ketiga prosedur tersebut, laser merupakan salah satu cara menghilangkan tahi lalat yang paling sering dilakukan. Tapi dokter Widodo nggak menyarankan tahi lalat saya dilaser. Alasannya karena tahi lalat di wajah saya ukurannya cukup besar sehingga prosedur yang lebih aman dilakukan adalah pembedahan eksisi. Cara ini dilakukan dengan mengangkat bagian tahi lalat hingga ke akar-akarnya. Setelah dibedah, bagian kulit bekas ditumbuhi tahi lalat akan dijahit.
"Laser nggak bisa menghilangkan tahi lalat sampai ke akar-akarnya. Kemungkinan kalau dilaser nanti bisa tumbuh lagi. Kalau ukurannya besar seperti ini lebih aman dibedah," kata dokter Widodo.
Hal yang Perlu Dilakukan Sebelum/Sesudah Operasi
1. Pastikan nggak ada riwayat keturunan keloid, karena nantinya operasi tahi lalat akan menimbulkan bekas luka.2. Lakukan pemeriksaan darah lengkap untuk mengetahui masa perdarahan demi mencegah atau mengendalikan perdarahan selama operasi. Alasan lainnya supaya dokter mengetahui pasien menderita HIV atau tidak. Ini berhubungan dengan keamanan dan kesterilan alat operasi yang digunakan.
3. Saran saya jangan malu dan ragu untuk konsultasi dengan dokter mengenai kondisi tahi lalat hingga risiko yang bisa ditimbulkan pasca operasi. Alergi terhadap obat bius, infeksi, kerusakan sistem saraf jadi contoh risiko yang bisa terjadi.
4. Pascaoperasi, lebih baik bawa tahi lalat yang sudah dioperasi ke bagian patologi anatomi untuk mengidentifikasi apakah terdapat sel kanker pada tahi lalat.
5. Jangan biarkan luka bekas operasi terbuka jika belum saatnya lepas jahitan! Sebisa mungkin juga jangan terkena air biar luka cepat mengering. Mengonsumsi makanan yang tinggi protein, vitamin, dan mineral juga bisa bikin luka operasi cepat kering.
6. Siapkan fisik dan mental! Meski operasi tahi lalat tidak termasuk operasi yang berat bukan berarti tindakan ini nggak memiliki risiko. Risiko untuk bikin deg-degan saat mendengar dokter menggunting benang jahitan, misalnya...
7. Menyiapkan biaya operasi tahi lalat. Jangan ragu untuk bertanya kepada para perawat di poliklinik kulit dan kelamin mengenai biaya operasi sebelum prosedur tersebut dilakukan. Mengingat bentuk, ukuran, dan lokasi tahi lalat pada tubuh mempengaruhi biaya operasi yang harus dikeluarkan.
Biaya Operasi Tahi Lalat
Nah, ini nih poin yang paling mendebarkan dan ditunggu-tunggu, biaya operasi tahi lalat! Jujur, saat operasi tahi lalat kedua saya sempat takut bakalan menghabiskan biaya hingga jutaan rupiah. Secara ya, operasi tahi lalat pertama kali udah lima tahun lalu. Pasti ada kenaikan harga setiap tahunnya bukan? Tapi pascaoperasi, saya sendiri kaget melihat biaya operasi tahi lalat di RSUP Dr. Sardjito yang ditangani dokter 'senior' spesialis kulit dan kelamin. Ternyata jumlah biaya operasi tahi lalat kedua nggak berbeda jauh dari biaya operasi tahi lalat pertama. Penasaran nggak berapa juta?Oke, untuk biaya operasi tahi lalat pertama, saya sudah lupa ya rincian biayanya tapi seingat saya nggak sampai Rp 2 juta, itu udah termasuk biaya kontrol dokter, biaya tindakan bedah dan juga obat. Sementara untuk biaya operasi tahi lalat kedua, berikut rinciannya:
- Konsultasi = Rp 128.000,-
- Kontrol pascaoperasi (Rp 190.000 + Rp 107.000 + Rp 111.000) = Rp 408.000,-
- Pemeriksaan darah lengkap di laboratorium RS = Rp 270.000,-
- Tindakan bedah eksisi = Rp 1.250.000,-
- Obat (berupa antibiotik dan pereda nyeri) = Rp 36.000,-
- Salep (Dermatix) = Rp 250.000,-
- Cek sampel jaringan tahi lalat di bagian Patologi Anatomi = Rp 362.000,-
Jadi, untuk total biaya operasi tahi lalat di RSUP Dr. Sardjito sekitar Rp 2,7 juta. Jumlah ini saya bulatkan dari biaya aslinya ya, biar gampang ngitungnya. Tapi intinya saya mau menunjukkan kalau biaya operasi tahi lalat lima tahun lalu nggak jauh berbeda dari sekarang. Bedanya, lima tahun lalu saya nggak mengecek tahi lalat saya ke bagian patologi anatomi rumah sakit. Jadi jelas lebih murah dibanding biaya operasi tahi lalat tahun ini.
Review Hasil Operasi Tahi Lalat
Saya nggak menyesal membuat keputusan untuk menghilangkan tahi lalat di wajah. Meski manfaat estetika saya rasakan pascaoperasi, tapi alasan medis juga menguatkan saya untuk melakukan prosedur operasi. Terlebih dokter mendukung bahwa tahi lalat yang muncul di wajah saya memang sebaiknya dioperasi demi mencegah perkembangannya ke penyakit yang tak diinginkan. Meski Alhamdulillah setelah dicek di bagian patologi anatomi, tahi lalat di wajah saya tidak menunjukkan tanda keganasan.
Pemilihan dokter spesialis memegang peranan penting dalam keberhasilan prosedur operasi tahi lalat. Saya senang sekali bisa bertemu dan ditangani langsung oleh ahlinya. Tak hanya puas melihat bekas luka operasi hingga akhirnya sembuh dan mengering, saya juga merasa puas dengan tindakan dokter saat konsultasi dan saat operasi dilakukan. Bahkan pascaoperasi, saya juga nggak merasakan nyeri di sekitar bekas luka jahitan. Benar-benar biasa saja. Alhamdulillah...
Foto kanan atas H+1 operasi, sementara foto kiri atas H+5 operasi. Jahitan masih belum dilepas. |
Nah, buat teman-teman yang mungkin ingin menghilangkan tahi lalat juga, nggak ada salahnya untuk konsultasi terlebih dahulu dengan dokter spesialis kulit. Apalagi kalau merasa tahi lalat yang kamu miliki nggak normal secara bentuk atau ukurannya. Kalau dokter menganjurkan untuk operasi, saran saya lebih baik dilakukan di rumah sakit saja jangan di klinik kecantikan. Prosedur medis yang dipilih juga sebaiknya bedah bukan laser. Soalnya kalau tahi lalat dilaser, ada kemungkinan untuk tumbuh lagi. Berbeda kalau dibedah tahi lalat bisa terambil hingga ke akar-akarnya. Belum lagi kalau ukuran tahi lalatnya besar, lebih amannya memang dioperasi ya. Tapi ingat, dilakukan oleh dokter spesialis ya...
Bekas jahitan operasi tahi lalat pertama setelah lima tahun (atas) dan bekas jahitan operasi tahi lalat setelah dilepas jahitannya (H+7). |
Ok, sekian dulu ya sharing pengalaman saya tentang operasi tahi lalat. Semoga bermanfaat dan kalau ada yang ingin ditanyakan bisa lanjut ke kolom komentar ya. Terima kasih...
8 comments
Kak, operasi tahi lalat nya itu tidak memakai BPJS yaa ?
BalasHapusmba.. makasi sharingnya.. sy jg punya tahi lalat diatas alis kanan, pengen operasi tp agak takut.. penasaran bekas jahitannya kayak mana..
BalasHapusMba berapa lama bekas jahitan nya hilang? Sya dapt 4 jahitan di atas hidung.
BalasHapusWorried bgt sama bekasnya.
Sya pikir tahi lalat saya di laser, ternyata di jahit 😣
Balas ya mbak please
hallo kak. sy juga ada tahi lalat di pipi kiri besar juga apa biayanya mahal jika besar dri yg punya kakak?
BalasHapusMakasih ya atas share storynya. Berguna banget. Lagi panik cari info buat operasi adekku ada tanda lahir dan tahi lalat di dengkulnya. Suka berair dan berdarah kalo kena gesekan pas lagi main. Terus kesakitan sampe gabisa tidur. Makasih banyak.
BalasHapusMbak terima kasih sudah sharing. Jujur setelah baca berita tentang kasus melanoma yang diderita Wendy Anggraeni saya jadi parno sekali dengan adanya tahi lalat yg menonjol. Terima kasih sekali karna informasinya sangat-sangat berguna. Saya juga memiliki tahi lalat di samping hidung persis seperti tahi lalat mbak yang operasi kedua. Semoga covid lekas berlalu dan saya ada kesempatan bertemu dr. Widodo, berhubung saya tidak tinggal di Jogja.
BalasHapusTerima kasih sharingnya.. Saya juga punya tahi lalat satu di dagu, yang lumayan besar dan tujuh tahi lalat lebih kecil di muka.
BalasHapusBeberapa kali ingin menghilangkan juga, tapi masih belum siap mental.
Sekarang saya usia 28 tahun, tahi lalat yang paling besar saya muncul sejak saya TK. Khawatir seiring bertambahnya usia bertambah juga tahi lalatnya..
Kalo tahi lalat pas dibagian kelopak bulu mata metode yg tepat apa ya? Apakah laser atau bedah. Soalnya semakin membesar, udh gitu kadang gatel, kadang pas gatel aku coel2 smpe berdarah. Soalnya gatel bgt tahi lalat nya. Udh ngganjal bgt dimata, agak menghalangi penglihatan.
BalasHapus