Alhamdulillah, bersyukur banget bisa dapat undangan untuk datang ke Big Bad Wolf 2019. Sejak awal tahun, saya udah penasaran banget sama pameran buku besar-besaran yang biasa disingkat BBW ini. Apalagi di media sosial seperti Instagram, BBW terbilang viral, terutama di kalangan ibu-ibu muda. Makin semangat dan senang sekali karena akhirnya BBW datang ke Yogyakarta dan saya dapat preview pass berkat menghadiri press conference Big Bad Wolf 2019, beberapa waktu lalu.
Big Bad Wolf (BBW) di Yogyakarta rencananya akan diselenggarakan di Jogja Expo Center (JEC) pada tanggal 2-12 Agustus 2019. Sama seperti kota-kota sebelumnya, BBW bakalan digelar selama 24 jam nonstop dengan penawaran diskon mulai dari 60 hingga 80 persen untuk semua buku internasional. Genre buka yang disediakan juga banyak dalam pameran buku ini, mulai dari seni, budaya, novel, fiksi, romance, sastra, graphic novel, bisnis, arsitektur, memasak, fashion, dan masih banyak lagi. Tapi di antara genre buku tersebut, yang jadi perhatian saya adalah koleksi buku untuk anak-anak yang lengkap banget! Nggak cuma buku cerita dan buku mewarnai, sound book, board books, dan pop up books juga ada.
Nah, di postingan kali ini saya belum mau cerita tentang pengalaman saya saat mengunjungi BBW, mengingat pameran ini baru mulai dibuka pada Rabu (31/7) besok. Di balik nama besarnya sebagai event pameran buku terbesar se-Asia Tenggara dan termurah, saya malah tertarik untuk mengulik asal mula nama Big Bad Wolf. Ya mungkin saja belum banyak teman-teman yang tahu. Saya sendiri juga baru tahu kenapa namanya Big Bad Wolf saat berkesempatan wawancara dengan Uli Silalahi, Presiden Direktur PT. Jaya Ritel Indonesia, selaku perusahaan yang mengagas pameran BBW di Indonesia.
Uli Silalahi menceritakan kalau nama Big Bad Wolf sebenarnya berasal dari nama tokoh serigala di dongeng Little Red Ridding Hood. Menurut dia, meskipun merupakan sosok serigala jahat, nama Big Bad Wolf tetap dipilih karena adanya makna pemotongan harga dari apa yang dilakukan si serigala.
"Karakter serigala di dongeng tersebut menyamar menjadi nenek si Gadis Berkerudung Merah. Ia kemudian membunuh serigala dan memotong perutnya menggunakan gunting. Memotong ini yang kita artikan sebagai pemotongan harga," jelasnya.
Nah, waktu dengar penjelasan Ibu Uli Silalahi sih saya cuma iya-iya saja sambil mengingat cerita dongeng si Gadis Berkerudung Merah. Tapi waktu saya googling, ternyata dongeng ini sendiri punya banyak versi ya? Kisah paling mengerikan sih emang Gadis Berkerudung Merah berhasil membunuh serigala dan memotong perut hewan itu menggunakan gunting untuk menyelamatkan korban yang dimakannya. Tapi kisah yang berkembang saat ini dan yang saya ingat, jalan ceritanya 'dibuat' lebih indah dan sesuai untuk bacaan anak-anak.
Dalam kisah yang berkembang saat ini bercerita tentang Gadis Berkerudung Merah yang pergi mengunjungi neneknya untuk mengantarkan makanan. Namun sayang, sang nenek dimakan oleh serigala. Serigala itu kemudian menyamar jadi neneknya dan berpura-pura sakit. Saat Gadis Berkerudung Merah sampai di rumah neneknya, ia curiga melihat penampilan neneknya dan sadar kalau serigala telah memakan neneknya. Gadis Berkerudung Merah kemudian memanggil warga untuk membunuh serigala jahat itu dan kisah pun berakhir.
Dalam kisah yang berkembang saat ini bercerita tentang Gadis Berkerudung Merah yang pergi mengunjungi neneknya untuk mengantarkan makanan. Namun sayang, sang nenek dimakan oleh serigala. Serigala itu kemudian menyamar jadi neneknya dan berpura-pura sakit. Saat Gadis Berkerudung Merah sampai di rumah neneknya, ia curiga melihat penampilan neneknya dan sadar kalau serigala telah memakan neneknya. Gadis Berkerudung Merah kemudian memanggil warga untuk membunuh serigala jahat itu dan kisah pun berakhir.
Terlepas dari dongeng Gadis Berkerudung Merah yang banyak banget versinya ternyata ada fakta menarik lainya di balik terpilihnya nama Big Bad Wolf. Menurut berbagai sumber yang saya baca sih, Big Bad Wolf awalanya digagas oleh sepasang suami istri asal Malaysia bernama Andrew Yap dan Jacqueline Ng. Mereka merintis usaha penjualan buku murah dan kemudian Big Bad Wolf dijadikan nama untuk perusahaannya karena dianggap menarik dan nakal. Bisnis penjualan buku mereka rintis sejak tahun 2006 di Petaling Jaya, Malaysia yang diberi nama BookXcess. Sementara nama Big Bad Wolf dimulai tiga tahun setelahnya, yakni pada 2009. Ya bisa dibilang kalau nama Big Bad Wolf jadi nama komersial ajang penjualan buku yang dijual BookXcess.
Ok, segitu dulu ya postingan kali ini. Meski singkat tapi semoga infonya bermanfaat. Sampai jumpa di cerita selanjutnya tentang event Big Bad Wolf. Rencananya sih saya bakal nulis tentang rekomendasi buku-buku anak yang saya dibeli di Big Bad Wolf. Oya, buat teman-teman yang pernah datang ke Big Bad Wolf boleh lho berbagi tips dan rekomendasi buku yang wajib saya beli. Tulis di kolom komentar yah...
Terima kasih sudah berkenan membaca dan sampai jumpa di Big Bad Wolf Yogyakarta :)
Ok, segitu dulu ya postingan kali ini. Meski singkat tapi semoga infonya bermanfaat. Sampai jumpa di cerita selanjutnya tentang event Big Bad Wolf. Rencananya sih saya bakal nulis tentang rekomendasi buku-buku anak yang saya dibeli di Big Bad Wolf. Oya, buat teman-teman yang pernah datang ke Big Bad Wolf boleh lho berbagi tips dan rekomendasi buku yang wajib saya beli. Tulis di kolom komentar yah...
Terima kasih sudah berkenan membaca dan sampai jumpa di Big Bad Wolf Yogyakarta :)