Marlina: Agustus 2020

Perawatan Intense Pulse Light (IPL) di Aishaderm Jogja

21.52

Pandemi corona yang masih jauh dari kata 'berakhir' membuat saya selalu khawatir setiap kali bepergian ke luar rumah, bahkan untuk sekadar melakukan perawatan. Namun dengan adanya era new normal membuat saya mau nggak mau harus hidup 'berdampingan' dengan virus corona sambil mencoba beradaptasi dengan kebiasaan baru, yang tentunya harus sesuai standar protokol kesehatan. Selain kembali bekerja di kantor setelah beberapa bulan menerapkan Work From Home (WFH), saya juga memberanikan diri untuk perawatan sekaligus mengunjungi dokter kulit, bukan di rumah sakit melainkan di klinik kecantikan.

Sudah lama rasanya nggak perawatan wajah di klinik kecantikan. Setahun belakangan memang kondisi kulit saya baik-baik saja sih, bahkan permasalahan seperti jerawat hormonal sudah jarang muncul di wajah. Senang rasanya, seolah tak sia-sia rajin memakai skincare dan juga belajar mengatur pola makan. Meskipun demikian saya mengamati sejak mulai beraktivitas di luar rumah malah muncul permasalahan baru di wajah. Sebut saja maskne, alias mask acne, jerawat yang muncul karena penggunaan masker.

Untung saja maskne yang muncul di wajah saya jumlahnya nggak banyak, paling hanya satu buah dan letaknya selalu di area wajah yang tertutup masker. Jerawat tersebut selalu bisa saya atasi dengan penggunaan produk skincare tertentu sehingga maskne tak makin meradang dan cepat mengempes dalam hitungan hari saja. Maskne teratasi tapi sebulan belakangan malah muncul permasalahan baru yakni bruntusan di area dahi. Ukurannya memang nggak besar dan nggak menimbulkan rasa sakit, tapi makin lama makin menganggu karena bertahan cukup lama, terhitung sejak saya mulai WFH sekitar bulan Maret. Biasanya kalau muncul bruntusan begini, saya sudah punya skincare andalan untuk mengatasinya tapi kenapa sekarang nggak mempan...

Bruntusan inilah yang jadi alasan saya mengunjungi dokter kulit karena memang ingin menanyakan langsung pada ahlinya. Sekaligus saya juga ingin melakukan perawatan di wajah dengan harapan bruntusan bisa teratasi sekaligus merasakan manfaat lain dari prosedur perawatan yang nantinya disarankan oleh dokter.

Sempat bingung dan ragu untuk mengunjungi dokter dan klinik kecantikan yang mana ya, karena memang jumlah klinik kecantikan cukup banyak di Jogja. Hingga akhirnya saya memilih untuk mengunjungi Klinik Cantik Muslimah, Aishaderm. Kenapa? Alasan pertama dengan adanya 'label' muslimah membuat saya terjamin kenyamanannya karena seluruh staf dan pengunjungnya adalah wanita. Jadi nggak ada tuh ceritanya kaget karena tiba-tiba ada laki-laki yang sliwar-sliwer di ruang perawatan. Apalagi kalau lagi perawatan sudah pasti saya akan melepas hijab, bukan? Kebayang kan awkward-nya gimana...

Selain itu, alasan yang nggak kalah penting adalah di Aishaderm sudah menerapkan standar protokol kesehatan. Semua staf maupun dokter menggunakan masker dan face shield. Saat pengunjung datang pun terlebih dahulu diukur suhu tubuhnya dan disediakan hand sanitizer untuk memudahkan pengunjung mencuci tangannya. Jadi, bismillah deh akhirnya makin mantep untuk perawatan di Aishaderm.

Tentang Aishaderm

Tak kenal maka kenalan, yuk! Sebelum saya cerita soal perawatan yang saya coba di Aishaderm Klinik Cantik Muslimah, saya mau menjelaskan secara singkat tentang Aishaderm ya. Barangkali ada yang belum pernah mendengar tentang Aishaderm kan, jadi biar makin kenal dan yakin kalau klinik kecantikan ini terpercaya, kok!

Aishaderm Klinik Cantik Muslimah merupakan satu-satunya klinik kecantikan di Indonesia yang menyediakan perawatan wajah, rambut, dan tubuh berbahan alami dan halal yaitu buah kurma. Selain kurma, bahan alami yang digunakan untuk setiap produk Aishaderm adalah buah tin (buah ara). Kedua buah ini punya peran dan manfaat yang saling melengkapi untuk mengatasi permasalahan kulit wajah yang sedang dialami. Nantinya, pemilihan perawatan dan produk Aishaderm dilakukan di bawah pengawasan dokter. Jadi, besar harapannya setiap pengunjung Aishaderm tak perlu bingung dan takut harus menggunakan produk atau memilih perawatan apa karena bisa memanfaatkan layanan konsultasi dengan ahlinya.

Saat ini Aishaderm Clinic telah tersedia di lima kota di Indonesia, yaitu Sidoarjo, Banda Aceh, Makassar, Purwokerto, dan Yogyakarta. Dan kali ini saya berkesempatan untuk mengunjungi Aishaderm Klinik Cantik Muslimah yang ada di Yogyakarta, tepatnya di daerah Kotagede.

Aishaderm Treatment Experience

First impression saat mencoba perawatan di Aishaderm Jogja adalah memuaskan dan bikin penasaran untuk mencoba treatment wajah lainnya. Setelah berkonsultasi dengan dokter, saya disarankan untuk mencoba Facial O2 Afiyah Brightening dan Aisha IPL (Intense Pulse Light). Kedua jenis perawatan tersebut menurut dokter Sari yang saya temui waktu itu dianggap cocok dengan permasalahan kulit yang saat ini sedang saya alami.

Sesi konsultasi dengan dokter di Aishaderm untuk menentukan perawatan yang sesuai dengan permasalahan kulit.

Memang, masalah utama yang saya keluhkan saat ini adalah bruntusan dan tanda-tanda penuaan. Tapi saya juga ingin 'mengejar' manfaat lain dari perawatan yang ditawarkan oleh Aishaderm. Facial O2 Afiyah Brightening misalnya, yang ternyata berfungsi untuk relaksasi, melancarkan peredaran darah, memperbaiki metabolisme sel kulit, melembapkan, dan mencerahkan kulit wajah. Dan senangnya lagi, selain merasakan manfaat tersebut, bruntusan di dahi juga bisa teratasi berkat tahapan ekstraksi yang dilakukan oleh beautician. Dengan adanya tahapan tersebut dapat mencegah bruntusan kian bersemi di wajah.

Usai seluruh tahapan facial selesai selanjutkan dilakukan penyemprotan oksigen dan bahan alami.

Saya juga sempat menanyakan pada beautician dan juga dokter Sari alasan kenapa bruntusan di dahi tetap bertahan meski sudah saya coba atasi dengan pemakaian produk skincare tertentu. Setelah dicek ternyata bruntusan yang muncul dikarenakan tersumbatnya pori-pori kulit, dan cara yang paling cepat menghilangkan adalah dengan diekstraksi melalui perawatan facial.

BACA JUGA: Naavagreen Open House

Oya, selain bruntusan teratasi, satu poin yang jadi nilai plus untuk Aishaderm adalah saya tidak merasakan kesakitan selama tahapan facial dilakukan, terutama saat ekstraksi. Ditambah lagi pada tahapan pemijatan, teknik pijatan yang dilakukan oleh beautician mampu membuat saya rileks. No tegang sama sekali! Jadi saya makin yakin deh kalau pemijatan dilakukan dengan benar maka sirkulasi darah beneran lancar dan nantinya mempengaruhi tampilan wajah.

Perawatan IPL di Aishaderm dilakukan langsung oleh dokter.

Merasa puas dengan perawatan facial di Aishaderm, saya kemudian mencoba perawatan IPL (Intense Pulse Light). Ini kedua kalinya saya mencoba prosedur perawatan dengan memanfaatkan gelombang cahaya ini. Menurut berbagai sumber yang saya baca sih, perawatan IPL itu biasanya direkomendasikan oleh dokter untuk pasiennya yang mengalami masalah kulit seperti, bekas jerawat, hiperpigmentasi, melasma, keriput, kulit yang rusak akibat paparan sinar matahari, sampai dengan rambut yang tak diinginkan. Tanpa perlu pikir panjang, saya langsung mengiyakan ketika dr. Sari menyarankan saya untuk melakukan perawatan IPL. Gimana mau nolak, perawatan IPL ini cocok banget buat saya yang sedang 'berjuang' melawan tanda-tanda penuaan. Maklum, udah kepala tiga nih!

Perawatan IPL

Perawatan IPL (Intense Pulse Light) adalah sebuah prosedur yang dilakukan oleh dokter (spesialis kulit dan kelamin) untuk meningkatkan tampilan warna dan tekstur kulit tanpa perlu melakukan tindakan operasi. Prosedur ini biasanya memang ditargetkan untuk pasien dengan kondisi kulit yang rusak akibat paparan sinar matahari (photoaging). Selain itu, perawatan IPL juga berfungi untuk mengencangkan, meremajakan, mencerahkan, mengurangi jerawat, dan juga menghilangkan bulu/rambut pada wajah dan tubuh.

Pengolesan gel di wajah sebelum perawatan IPL dimulai.

Prosedur perawatan IPL (Intense Pulse Light) dimulai dengan pembersihan wajah dari sisa skincare dan makeup dengan menggunakan produk Aishaderm, kemudian wajah saya diolesi dengan gel sebagai moisturizer sebelum akhirnya diberikan gelombang cahaya dengan menggunakan alat khusus. Gel yang dioleskan pada wajah terasa tebal namun teksurnya ringan, nggak terasa lengket dan yang paling penting ada efek soothing yang saya rasakan. Adanya gel ini juga membantu agar saya tidak merasakan sakit saat gelombang cahaya mengenai kulit.

Perawatan IPL menggunakan gelombang cahaya 560 nm (brightening) - 640 nm (antiaging).

Perawatan IPL hanya membutuhkan waktu singkat, kurang lebih hanya setengah jam, jadi cocok buat saya yang tak punya banyak waktu atau sedang terburu-buru. Meski singkat namun manfaat dan hasilnya langsung bisa terlihat di wajah. Selain terlihat lebih cerah, wajah saya juga terasa lebih kencang. Namun untuk bekas jerawat masih belum bisa sirna seketika usai perawatan IPL dilakukan. Ini wajar karena memang tidak semudah itu menghapus bekas jerawat di wajah, bukan? Apalagi tanda-tanda penuaan seperti noda atau bintik cokelat pada kulit. Setidaknya butuh sampai 6 sesi untuk memudarkan hingga menghilangkan tanda-tanda penuaan. Mengingat banyaknya tanda-tanda penuaan di wajah saya seiring bertambahnya usia. But, it's okay, i love my self! Tetap rajin skincare-an dan perawatan dong!

Perlu diperhatikan juga ya, hasil perawatan IPL ini bisa berbeda-beda pada setiap orang, tergantung dari permasalahan dan kondisi kulit masing-masing. Namun, kalau kamu pernah mencoba perawatan IPL dan nggak merasakan efek samping seperti kulit jadi kasar dan berganti warna, timbul bekas luka dan rasa sakit usai perawatan, hingga pendarahan atau membengkak di area IPL, itu artinya kamu bisa mencoba perawatan ini lagi di kemudian hari karena tergolong aman untuk kulitmu. Alhamdulillah saya juga tidak mengalami efek demikian, jadi kapan-kapan bisa perawatan IPL lagi deh di Aishaderm. Ada yang mau ikut? Barengan yuk...

BACA YUK: Naavagreen Milk Cleanser Review

Terima kasih sudah berkenan membaca, semoga bermanfaat ya! Terima kasih juga Aishaderm sudah membantuku untuk melawan tanda-tanda penuaan demi terlihat awet muda di usia kepala tiga ini ~

Motherhood

Hikmah Work From Home (2): Arsa Lulus Toilet Training

12.13

Sebelumnya saya sudah berbagi cerita mengenai suka duka sebagai ibu bekerja dengan adanya kebijakan Work From Home (WFH). Meski tak mudah tapi semakin hari saya semakin menyadari jika ada begitu hikmah yang bisa disyukuri. Terlebih soal kewajiban saya mengajari Arsa Bhiru untuk berhenti menyusu dan memakai toilet sendiri atau toilet training.

Alhamdulillah, memasuki bulan keempat #dirumahaja (sekitar bulan Juli), saya sudah berhasil menyapihnya, tepatnya saat Arsa berusia 2 tahun (bulan Februari), sementara untuk toilet training Arsa masih dalam proses belajar. Tapi kalau ditanya memangnya Arsa sudah benar-benar siap menjalani toilet training? Ya, Arsa siap diberikan toilet training dilihat dari kesiapan fisik dan emosionalnya. Apa aja tuh kesiapan fisik dan emosionalnya?

BACA JUGA: Pengalaman Menyapih Arsa

Tanda-tanda Arsa siap untuk diberikan toilet training, menurut berbagai sumber yang saya baca antara lain:

Arsa selalu memperlihatkan ekspresi saat ingin BAK atau menahan BAB
Diapers yang Arsa pakai lebih sering dalam keadaan kering (terutama saat bangun tidur) setelah dua jam pemakaian
Arsa mampu berkomunikasi dengan saya atau menunjukkan ketertarikan tentang penggunaan toilet (duduk atau jongkok)

Tanda di atas adalah yang paling sering teramati oleh saya, sisanya bisa dibaca lagi informasinya atau konsultasi dengan dokter anak jika memang diperlukan. Atau bisa juga berbagi pengalaman dengan teman atau orangtua yang pernah memberikan toilet training pada anaknya. Sementara untuk kesiapan anak secara emosional untuk diajarkan toilet training yang itu saya lihat ada pada diri Arsa, antara lain:

Lebih memilih/nyaman memakai celana dalam daripada diapers
Bersemangat setiap kali diajak ke kamar mandi
Senang mengikuti semua proses toilet training
Memberi tahu saya atau siapapun yang ada di sampingnya jika ingin BAK atau BAB

Sebenarnya kalau saya baca tanda-tanda seorang anak siap untuk diajarkan toilet training itu beragam, tapi setidaknya dari tanda-tanda di atas paling sering saya amati dan dialami oleh Arsa. Dan kalaupun seorang anak sudah siap secara fisik dan emosional belum tentu juga mau dengan mudahnya diminta BAK dan BAB di toilet. Apalagi kalau sang anak sudah bisa menjawab dengan kata 'tidak', sebaiknya santai saja dan jangan terlalu memaksakan.

Awalnya Arsa jug demikian, belum mau melakukannya tapi perlahan dan pasti saya ajak untuk buang air kecil dan besar di toilet, setiap hari. Sampai akhirnya Arsa mau melakukannya dan sekarang selalu excited setiap selesai buang air di toilet. Udah gitu aja? Kok kayaknya gampang banget ya? Padahal konon katanya mengajari anak toilet training adalah momen yang bikin orangtua frustasi.

BACA: Mengajak Arsa ke Dokter Gigi

Tenang, awal saya mengajari Arsa untuk buang air di toilet juga tak mudah kok. Tapi saat itu saya yakin kalu Arsa bisa diajak kerja sama, sisanya memang saya yang harus belajar sabar dan nggak perlu buru-buru mengajaknya. Mulanya, saya coba dulu untuk melepas diapers Arsa saat pagi hingga sore hari baru setelah Arsa (dan juga saya) terbiasa dan siap, lanjut untuk melepas diapers Arsa saat malam hari. Saat siang hari pun sampai sekarang beberapa kali masih 'kecolongan' Arsa buang air kecil di lantai tapi untungnya untuk buang air besar selalu saya ajak (sedikit paksa) untuk di toilet setiap kali ekspresi Arsa sudah menunjukkan ingin buang air besar. Alhasil, sekarang, setiap kali Arsa merasa ingin buang air besar selalu bilang ke saya atau siapapun yang ada bersamanya.

Langkah sederhana yang saya lakukan juga sepenuhnya mengikuti kesiapan Arsa dan disesuaikan dengan kebutuhannya. Untungnya nggak sampai harus beli potty segala. Jadi ya lumayan mengirit anggaran belanja. Eh ya kok alhamdulillah sekali, Arsa cepat adaptasi dan mau saya ajarkan untuk buang air di toilet duduk maupun toilet jongkok.

Well, Arsa memang belum sepenuhnya bisa memakai toilet sendiri. Ya, masih dalam pengawasan orangtua, karena memang seharusnya jangan ditinggal sendirian. Tapi sejauh ini saya merasa sangat senang dan bangga karena Arsa termasuk anak yang mudah untuk diajarkan pengalaman baru seperti toilet training ini. Rasanya saya juga enjoy aja mengajarkannya dan bebas dari perasaan frustasi yang kebanyakan dikeluhkan orangtua. Tapi di sela-sela prosesnya tetap ada kok ujian kesabarannya. Ya, namanya juga sama-sama belajar. Arsa belajar memakai toilet sendiri, sedangkan saya belajar sabar mendampingi.

Terima kasih ya anakku, Arsa Bhiru, sudah membuat Mama lebih mensyukuri bahwa di situasi pandemi corona seperti saat ini nyatanya ada hikmah yang bisa kita pelajari dan nikmati :)

Event

The Baldys, Brand Ambassador Mie Instan Lemonilo

15.00

Pandemi corona membuat event blogger yang tadinya selalu tatap muka dan duduk bersama berubah menjadi menatap layar gadget sambil berselancar di dunia maya. Sama halnya event blogger yang saya ikuti beberapa waktu lalu. Selasa (28/7), saya berkesempatan untuk mengikuti press conference Lemonilo dalam rangka kenalan sama keluarga The Baldys selaku Brand Ambassador untuk Mie Instan Lemonilo. Senang deh rasanya bisa 'bertemu' dengan teman-teman blogger dari berbagai kota di Indonesia dan juga rekan-rekan media. Cukup mengobati rasa rindu usai berbulan-bulan nggak ketemu (dan dapat cuan).

Sebelum saya cerita tentang alasan Lemonilo memilih The Baldys bukan keluarga selebriti lainnya, saya mau teman-teman pembaca blog Marlina ini juga kenalan singkat sama brand Lemonilo. Siapa tahu kan ada yang belum pernah mendengar Lemonilo atau tahunya cuma produk mie instan-nya aja, padahal produk Lemonilo tuh ada banyak lho, sekitar 40 varian produk, mulai dari mie instan hingga bumbu-bumbu masak. Saya sendiri juga cukup takjub setelah kenalan dan mengetahui pilihan produk-produk Lemonilo.

Tentang Lemonilo

Lemonilo merupakan perusahaan startup yang didirikan oleh tiga anak muda Indonesia, Johannes Ardiant, Ronald Wijaya, dan Shinta Nurfauzia. Sebagai healty lifestyle consumer goods brand, Lemonilo terus berinovasi menghadirkan produk-produk makanan sehat dan alami untuk memenuhi kebutuhan harian masyarakat Indonesia. Harapannya, agar Lemonilo dapat menjembatani masyarakat Indonesia melakukan pola hidup yang lebih sehat. Ini sesuai dengan misi Lemonilo yang ingin menyehatkan bangsa Indonesia.

Tiga anak muda pendiri brand Lemonilo.

Berkat inovasinya, Lemonilo mampu menjadi pioneer penyedia produk makanan sehat dengan bahan-bahan alami dan bebas bahan berbahaya. Nggak heran kalau produk Lemonilo bisa dinikmati segala usia, termasuk balita, tanpa perlu khawatir soal kandungan bahan-bahannya. Pasalnya bahan-bahan yang terkandung dalam produk Lemonilo diklaim lebih sehat dibanding produk lainnya. Sebut saja Mie Instan Lemonilo yang dibuat tanpa bahan-bahan berbahaya seperti pengawet, pewarna, dan perisa buatan namun nyatanya tetap menghasilkan rasa yang enak. Selain itu cara pembuatannya juga sama mudahnya dan harganya pun masih terjangkau.

"Mie Instan Lemonilo tanpa MSG dan dibuat tanpa proses penggorengan jadi mie-nya dipanggang sehingga rendah lemak dan rendah kalori," ungkap Ronald Wijaya selaku Co-Chief Executive Officer dan Co-Founder Lemonilo.

Shinta Nurfauzia dan Ronald Wijaya saat pers conference brand ambassador Lemonilo.

Meski Lemonilo mengklaim rasa mie instan-nya enak, tapi ada juga konsumen yang mengaku lebih enak rasa mie instan brand lain. Bahkan teman-teman blogger dan rekan media yang mengikuti press conference ada yang menanyakan hal tersebut. Namun menurut saya pribadi, masalah rasa ini sangatlah subjektif. Bisa jadi menurut saya enak, tapi belum tentu menurut pendapat yang lain. Apalagi bagi yang terbiasa mengonsumsi mie instan brand lain dengan bumbu serta rasa yang menggiurkan, tentu butuh waktu dan pola tertentu agar terbiasa.

Saya sendiri awalnya juga nggak terbiasa dengan rasa mie instan Lemonilo, tapi setelah saya mencoba berbagai cara saat memasaknya, akhirnya menemukan cara yang nggak kalah enak untuk menikmati semangkuk mie instan. Kapan-kapan saya share deh ya! Tapi apapun pendapatmu soal rasa mie instan Lemonilo, sudah sepatutnya kita apresiasi brand lokal ini karena mampu menghadirkan 'pilihan lebih sehat' untuk makanan yang akan kita konsumsi.

Selain mie instan, Lemonilo juga menghadirkan berbagai produk makanan sehat lainnya, mulai dari bumbu dapur dan camilan bebas pengawet, pewarna, perisa buatan, dan bebas bahan kimia berbahaya sehingga bisa dinikmati setiap anggota keluarga. Saking banyaknya produk Lemonilo, saya sampai bingung mau mencoba produk apa saja tapi sejauh ini saya cocok dengan bumbu dapur dan juga camilan buatan Lemonilo.

The Baldys Jadi Brand Ambassador Lemonilo

The Baldys adalah nama keluarga dari pasangan Baldy Mulia Putra dan Nola 'Be3' beserta ketiga putra-putri mereka yaitu, Naura, Bevan, dan Neona. Naura dan Neona sendiri adalah penyanyi anak Indonesia yang menjadi idola bagi anak-anak dan juga para orang tua.

Keluarga The Baldys terjun ke dunia hiburan Tanah Air sebagai grup penyanyi sejak tahun 2017 lalu. Mereka pertama kali tampil di atas panggung pada pergelaran Konser Dongeng Naura 2 pada 2018 lalu, sekaligus meluncurkan single pertama berjudul ' Dunia Kita Penuh Cinta'. Kehadiran keluarga The Baldys disambut sangat positif oleh masyarakat Indonesia, tak hanya di panggung musik namun juga sebagai ikon keluarga yang kompak dan penuh keseruan setiap harinya.

Kolaborasi antara Lemonilo dan The Baldys ini akan menghadirkan banyak inisiatif baru untuk mengenalkan masyarakat Indonesia akan pentingnya memulai hidup sehat dari lingkaran yang paling kecil seperti keluarga. Melalui kolaborasi ini juga diharapakan masyarakat dan penggemar The Baldys dapat lebih dekat dengan sosok yang mereka idolakan, dan menjadi inspirasi untuk keluarga Indonesia untuk memulai gaya hidup sehat.

Shinta Nurfauzia selaku Co-CEO Lemonilo menungkapkan bahwa keluarga The Baldys dapat menjadi representasi keluarga hebat Indonesia serta rekan yang tepat untuk menyampaikan gagasan Lemonilo akan pentingnya menerapkan hidup sehat kepada masyarakat Indonesia.

"Lemonilo sangat senang dapat berkolaborasi dengan keluarga The Baldys. Keluarga ini memiliki misi yang selaras dengan Lemonilo sebagai brand yang ingin membuat gaya hidup sehat bisa diakses siapa saja dan menjadikan hidup sehat sebagai sesuatu yang normal," papar Shinta Nurfauzia.

Sementara itu keluarga The Baldys juga mengaku sangat bahagia bisa menjadi bagian dari Lemonilo. "Excited dan bahagia banget bisa dipercaya menjadi Brand Ambassador produk Mie Instan Lemonilo. Karena Mie Lemonilo ini terbuat dari bahan alami, tanpa penyedap rasa, pengawet, dan juga tanpa pewarna buatan sehingga sangat aman dikonsumsi oleh keluarga kami. Kesehatan adalah yang utama, terlebih dengan kondisi pandemi ini di mana gaya hidup sehat menjadi kebutuhan mutlak agar imunitas tubuh juga selalu terjaga," ujar Baldy Mulia Putra mewakili keluarganya.

Well, semoga harapan dan keinginan Lemonilo dengan memilih The Baldys sebagai brand ambassador bisa tercapai yah! Begitu juga dengan keluarga The Baldys semoga bisa terus menginspirasi keluarga lainnya untuk menerapkan gaya hidup sehat biar tetap kuat melawan dan menjalani hari-hari di tengah pandemi corona yang penuh ketidakpastian.

Sekali lagi, terima kasih ya Lemonilo atas acaranya yang menyenangkan, semoga bisa bertemu dengan keluarga ataupun tim Lemonilo di lain kesempatan, dengan suasana yang jauh lebih membahagiakan dan terlepas dari rasa kekhawatiran saat berhadapan :)